REFLEKSI
KULIAH 4 FILSAFAT ILMU
Endah
Tri Mulyaningsih, S.Si /12708251067
PSN
Kelas D 2012
“ DALAM FILSAFAT ADA ORANG SEPERTI
MAYAT YANG BERJALAN”
Hakikat
filsafat adalah pikiran. Berfilsafat berarti berpikir, merefleksikan hasil
pemikiran dan pengalaman, terus berpikir dan merefleksikan itulah kuncinya.
Dari kegiatan tersebut akan membuat manusia terus berpikir segala hal yang
diketahuinya atau yang mungkin akan diketahuinya.
Yang
dapat saya pahami dari penjelasan di atas adalah sebagai manusia yang memiliki
pikiran seharusnya selalu berpikir, apalagi jika kita menjadi seorang
akademisi, harus lebih mengasah pikiran untuk menemukan dan mengetahui ilmu
pengetahuan dengan cara menciptakan teori. Disinilah puncak ilmu pengetahuan, itulah
Filsafat.
Semua
orang dapat berfilsafat kalau orang tersebut mau berpikir. Memikirkan sesuatu
akan memberikan pengalaman tersendiri. Mengalami sesuatu peristiwa juga
merupakan pengalaman. Memikirkan apa yang mungkin ada/ yang mungkin akan kita
ketahui selalu membuat penasaran sehingga kita terus berpikir untuk mencari
tahu jawaban dari rasa penasaran/pertanyaan yang telah kita temukan.
Dalam
mencari jawaban dari pertanyaan yang telah kita temukan, kadang kita menemui
sesuatu yang menghambat. Sesuatu itu mungkin saja berkaitan dengan hati atau
Tuhan yang kadang jika kita memikirkannya hanya kebingungan saja yang kita
dapati. Untuk itu dalam pengembaraan pikiran hendaknya selalu ingat bahwa
urusan Tuhan adalah urusan hati. Ada sebagian urusan hati yang mampu dipikirkan
oleh pikiran/logika, tapi sebagian lagi logika kita tidak mampu memikirkannya.
Apabila kita sudah mulai memikirkan yang sebagian itu, hendaknya kita kembali
ingat bahwa hati dan Tuhan ada diatas pikiran, dengan kata lain ada diatas
filsafat. Hendaknya segera cepat berdoa memohon ampun jika kita melakukannya.
Saya
masih sangat ingat kata-kata Pak Dr. Marsigit, MA dalam kuliah saya yang
pertama “Tetapkanlah hatiku sebagai komandan dalam pengembaraan pikiranmu”. Hal
tersebut harus selalu diingat agar setelah mengembara, pikiran kita dapat
kembali dan tidak lupa diri.
Orang
yang tidak mau berpikir dan merefleksikan apa yang dia pikirkan atau dia alami
dapat dikatakan seperti mayat yang berjalan dalam konteks filsafat. Orang yang
tidak mau berpikir seperti robot yang berjalan mengikuti kemauan dan pikiran
orang lain. Menerima saja apa yang dikatakan oleh orang lain tanpa
merefleksikan kepada dirinya sendiri.
Merugilah
orang yang seperti mayat berjalan tersebut, orang tersebut mungkin “lupa“ bahwa
manusia memiliki potensi pikiran yang Tuhan berikan sebagai anugerah sehingga
kita mampu bermanfaat bagi orang lain memalui pikiran kita.
Semoga
kita selalu ingat hal tersebut. Amin.
Pertanyaan :
1.
Bagaimana dengan orang yang tidak mau
berpikir karena dia merasa bodoh akibat dia tidak sekolah? Apakah dia tergolong
mayat berjalan juga?
2.
Jika kita lupa dan menjadi mayat
berjalan karena kesibukan dan rutinitas, bagaimana cara untuk kembali “hidup”
dalam konteks filsafat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar