Senin, 24 September 2012

“DALAM FILSAFAT, BATU DAN HATIPUN DAPAT BERPIKIR”



REFLEKSI KULIAH 2 FILSAFAT ILMU
Endah Tri Mulyaningsih, S.Si /12708251067
PSN Kelas D 2012

“DALAM FILSAFAT, BATU DAN HATIPUN DAPAT BERPIKIR”

Bagaimana BATU dapat berpikir? Aneh ya, tapi menurut Dr. Marsigit, batu dapat berpikir, Bagaimana berpikirnya sebuah batu? Batu yang ditetesi air setiap saat dapat menjadi cekung, batu dapat pecah karena pelapukan, begitulah batu dapat berpikir.
Ketika saya mendengarkan rekaman kuliah yang membahas tentang batu yang berpikir ini, terpikir oleh saya ternyata filsafat membuat kita memikirkan apapun. Dengan berpikir kita mampu menemukan pertanyaan. Pertanyaan tersebut akan membawa kita pada rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu ini akan membawa kita dalam perenungan. Perenungan akan menuntun pikiran mencari jawaban. Begitulah proses seseorang menemukan sesuatu.
Terpikir juga oleh saya bahwa filsafat menjaga terus rasa ingin tahu seseorang dengan selalu merenungkan apa yang telah diketahui dan apa yang mungkin akan diketahui oleh pikiran. Misalnya kita tahu daun yang sudah tua akan jatuh ke bawah, mengapa daun jatuh ke bawah? Jika daun yang jatuh tersebut adalah daun yang tua, bagaimana agar daun yang muda tidak ikut jatuh ke bawah? Saat saya berdiskusi dengan suami saya (karena ketika saya mendengarkan rekaman kuliah, suami saya tidak sengaja ikut mendengarkan), muncul pemikiran bahwa pertanyaan yang diawali dengan kata MENGAPA adalah pertanyaan dengan berpikir mundur, sedangkan BAGAIMANA adalah pertanyaan dengan pikiran maju.
            Lalu bagaimana bisa HATI dapat berpikir? Seperti apa proses berpikirnya hati? Setelah saya renungkan, hati akan berpikir dengan cara merenungkan apakah hal yang kita lakukan sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut dalam hati. Contoh sederhana, jika kita mencontek, hati akan merasa tidak enak, kenapa kita merasa tidak enak? Karena hati sedang tidak setuju dengan tindakan yang kita lakukan, lebih tepatnya tindakan kita tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut.
Pertanyaan    :
1.      Kenapa ada orang yang sering melanggar nilai-nilai yang dianut oleh hatinya?
2.      Bagaimana dengan hati yang sakit, apakah tetap bisa berpikir dengan baik?

Senin, 17 September 2012

FILSAFAT ADALAH OLAH PIKIR



Filsafat dapat didefinisikan sebagai apapun, karena filsafat merupakan olah pikir, selama apapun itu bisa dipikirkan, apapun itu bisa disebut sebagai filsafat.
Setiap orang yang berfilsafat memiliki perbedaan tujuan, sehingga jumlah perbedaan tersebut sama jumlahnya dengan orang yang berfilsafat.

Ilmu merupakan katagorisasi yang memudahkan manusia untuk mempelajarinya. Begitu juga dengan filsafat yang memiliki penggolongan.

Obyek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Ada dan mungkin ada disini adalah dapat dideskripsikan oleh pikiran. Misalnya apel berwarna merah, berarti apel adalah ada.

Apapun yang kita pikirkan tidak mungkin bisa mengetahui semua hal, ada hal-hal yang tidak dapat dimengerti pikiran. Yang tidak bisa dimengerti oleh pikiran salah satunya adalah urusan hati. Cinta sebagai salah satu urusan hati juga tidak bisa dimengerti oleh pikiran. Contoh lain, tentang keyakinan. Keyakinan tidak dapat dipikirkan karena keyakinan ada di dalam hati.

Alat untuk mempelajari filsafat adalah bahasa analog, yang tidak hanya sekedar bahasa kiasan.

Adab belajar filsafat adalah menetapkan hati. Urusan hati tidak perlu dipikirkan dan diperdebatkan. Tetapkanlah hati sebagai komandan dalam pengembaraan pemikiran.

Dalam berfikir juga memerlukan pengalaman. Separuh pemikiran adalah filsafat, dan separuhnya lagi adalah pengalaman. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberikan penguatan terhadap filsafat.

Pertanyaan      :
1.      Obyek dan referensi filsafat adalah yang ada dan mungkin ada. Yang mungkin ada itu seperti apa?