REFLEKSI
KULIAH FILSAFAT ILMU KE 11
(SELASA,
20 NOVEMBER 2012)
Endah
Tri Mulyaningsih, S.Si /12708251067
PSN
Kelas D 2012
MENDEFINISIKAN
PENDIDIKAN DALAM SATU KATA
Pendidikan dapat didefinisikan dalam
satu kata. Definisi tersebut akan menjadi petunjuk termasuk golongan mana orang
yang mendefinisikan. Dalam kuliah Dr. Marsigit minggu lalu, semua mahasiswa
diminta mendefinisikan pendidikan dalam satu kata. Tercenganglah kami ketika
diantara teman banyak yang mendefinisikan pendidikan sebagai ilmu, transfer dan
investasi. Ternyata yang mendefinisikan pendidikan dengan kata tersebut
termasuk kaum industrialis. Ada 5 golongan yang mendefinisikan pendidikan,
yaitu kaum industrialis, konservatif, humanis, progresif dan education for all.
Kaum industrialis, konservatif dan humanis memandang pendidikan sebagai
keuntungan yang dapat juga diartikan sebagai investasi. Jika pendidikan
diartikan sebagai investasi maka pendidikan cenderung dirancang untuk mencapai
tujuan dengan tidak memperhatikan proses dan peserta didik sebagai obyek
pendidikan. Ketiga golongan ini jarang memperhatikan proses dalam pendidikan,
pendidikan yang diajarkan hanya merupakan materinya saja, tanpa memperhatikan
kegiatan. Hal tersebut dapat merebut intuisi peserta didik. Tidak terasahnya
intuisi menyebabkan peserta didik kurang berkembang dan kurang kreatif dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
Kaum progresif dan education for
all, memandang pendidikan sebagai proses. Kegiatan pembelajaran sangat
dihargai sebagai bentuk memberikan pengalaman terhadap peserta didik. Kegiatan
tersebut dapat mengembangkan intuisi peserta didik. Intuisi diperoleh dari
pengalaman yang tersimpan dalam memori otak.
Dalam pelaksanaan pendidikan terutama dalam evaluasi, kaum industrialis-konservatif-progresif
akan merancang evaluasi setipe dengan ujian nasional. Peserta didik dievaluasi
hanya dalam kemampuan kognitif dan tipe soal multiple choise. Namun, kaum progresif-education for all tidak akan melupakan evaluasi dari proses belajar.
Sehingga evaluasi tidak hanya dalam bentuk tes, tetapi juga dalam bentuk
nontes, portofolio misalnya.
Jika kita sebagai guru, sebaiknya kita jangan melupakan proses, karena
proses mampu merebut intuisi peserta didik kita.
Pertanyaan :
1. Apa yang akan kita lakukan sebagai guru jika
kurikulum dirancang oleh kaum industrialis?
2. Dalam elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 6
disebutkan bahwa “Pure Logic dipandang baru sebagai A
Priori saja dan belum Sintetik, karena Pure Logic memang bersifat Analitik. Dengan
demikian menurut Kant, Pure Logic belumlah merupakan Ilmu. Karena Pure Logic bukan
sebagai Ilmu maka dia tidak memberikan informasi apapun kecuali tentang KONSISTENSI
yang ada pada dirinya.”
Bagaimana ilmu murni yang lain? Bukankah
dalam ilmu Murni (saya berasal dari ilmu Biologi murni) terdapat penelitian
yang akan mengembangkan ilmu itu sendiri. Penelitian merupakan kajian dari
fenomena yang dipikirkan dan diuji, bukankah hal tersebut sintetik a priori?