Senin, 08 Oktober 2012

“ DALAM FILSAFAT ADA ORANG SEPERTI MAYAT YANG BERJALAN”



REFLEKSI KULIAH 4 FILSAFAT ILMU
Endah Tri Mulyaningsih, S.Si /12708251067
PSN Kelas D 2012

“ DALAM FILSAFAT ADA ORANG SEPERTI MAYAT YANG BERJALAN”

            Hakikat filsafat adalah pikiran. Berfilsafat berarti berpikir, merefleksikan hasil pemikiran dan pengalaman, terus berpikir dan merefleksikan itulah kuncinya. Dari kegiatan tersebut akan membuat manusia terus berpikir segala hal yang diketahuinya atau yang mungkin akan diketahuinya.
            Yang dapat saya pahami dari penjelasan di atas adalah sebagai manusia yang memiliki pikiran seharusnya selalu berpikir, apalagi jika kita menjadi seorang akademisi, harus lebih mengasah pikiran untuk menemukan dan mengetahui ilmu pengetahuan dengan cara menciptakan teori. Disinilah puncak ilmu pengetahuan, itulah Filsafat.
            Semua orang dapat berfilsafat kalau orang tersebut mau berpikir. Memikirkan sesuatu akan memberikan pengalaman tersendiri. Mengalami sesuatu peristiwa juga merupakan pengalaman. Memikirkan apa yang mungkin ada/ yang mungkin akan kita ketahui selalu membuat penasaran sehingga kita terus berpikir untuk mencari tahu jawaban dari rasa penasaran/pertanyaan yang telah kita temukan.
            Dalam mencari jawaban dari pertanyaan yang telah kita temukan, kadang kita menemui sesuatu yang menghambat. Sesuatu itu mungkin saja berkaitan dengan hati atau Tuhan yang kadang jika kita memikirkannya hanya kebingungan saja yang kita dapati. Untuk itu dalam pengembaraan pikiran hendaknya selalu ingat bahwa urusan Tuhan adalah urusan hati. Ada sebagian urusan hati yang mampu dipikirkan oleh pikiran/logika, tapi sebagian lagi logika kita tidak mampu memikirkannya. Apabila kita sudah mulai memikirkan yang sebagian itu, hendaknya kita kembali ingat bahwa hati dan Tuhan ada diatas pikiran, dengan kata lain ada diatas filsafat. Hendaknya segera cepat berdoa memohon ampun jika kita melakukannya.
            Saya masih sangat ingat kata-kata Pak Dr. Marsigit, MA dalam kuliah saya yang pertama “Tetapkanlah hatiku sebagai komandan dalam pengembaraan pikiranmu”. Hal tersebut harus selalu diingat agar setelah mengembara, pikiran kita dapat kembali dan tidak lupa diri.
            Orang yang tidak mau berpikir dan merefleksikan apa yang dia pikirkan atau dia alami dapat dikatakan seperti mayat yang berjalan dalam konteks filsafat. Orang yang tidak mau berpikir seperti robot yang berjalan mengikuti kemauan dan pikiran orang lain. Menerima saja apa yang dikatakan oleh orang lain tanpa merefleksikan kepada dirinya sendiri.
            Merugilah orang yang seperti mayat berjalan tersebut, orang tersebut mungkin “lupa“ bahwa manusia memiliki potensi pikiran yang Tuhan berikan sebagai anugerah sehingga kita mampu bermanfaat bagi orang lain memalui pikiran kita.
            Semoga kita selalu ingat hal tersebut. Amin.

Pertanyaan :
1.      Bagaimana dengan orang yang tidak mau berpikir karena dia merasa bodoh akibat dia tidak sekolah? Apakah dia tergolong mayat berjalan juga?
2.      Jika kita lupa dan menjadi mayat berjalan karena kesibukan dan rutinitas, bagaimana cara untuk kembali “hidup” dalam konteks filsafat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar