REFLEKSI
KULIAH 5 FILSAFAT ILMU
Endah
Tri Mulyaningsih, S.Si /12708251067
PSN
Kelas D 2012
“Para
Dewa menurut Immanuel Kant”
Dewa
bersifat transendens. Semua pembicaraan, sikap dan perilaku dewa adalah
transendens. Guru merupakan dewa bagi muridnya, orangtua merupakan dewa bagi
anaknya, anggota kabinet merupakan dewa bagi rakyatnya, koruptorpun dewa bagi
rakyat, kita juga merupakan dewa bagi baju kita.
Dewa
memiliki dimensi yang berbeda bagi hambanya, untuk itu jika hamba ingin
mengerti dewanya, maka harus memahami bahasa dewanya. Begitu juga dengan dewa,
jika ingin memahami hambanya juga harus memahami bahasa hambanya. Misalnya guru
ingin memahami siswanya, maka guru harus bisa bahasa siswa, memahami pikiran
dan perasaan siswa. Dalam komunikasi antara guru dan siswa harus tercipta suatu
interaksi yang baik dan nyaman, sehingga dalam proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik.
Filsafat
dapat membantu seseorang dalam memahami pikiran, bahasa dan perilaku para dewa.
Dalam bukunya “The Critique of Pure Reason”, Immanuel Kant membahas tentang cara manusia berpikir, tentang
asal usul terbentuknya konsep, dan tentang struktur jiwa manusia. Menurutnya
kesemuanya itu adalah pembicaraan metafisika akal murni. Menurutnya, pengalaman
hanya mengatakan kepada kita apa-nya dan bukan apa ia sesungguhnya.
Dalam filosofi Transendental, Immanuel Kant menjelaskan
bahwa jiwa bersifat inheren.
Menurutnya, ada pengetahuan yang transenden,
yaitu pengetahuan yang tidak banyak berisi objek, akan tetapi lebih banyak
berisi konsep objek yang a-priori. Lebih lanjut, Kant menjelaskan proses
masuknya pengetahuan a-priori ini dengan istilah estetika transenden dimana
proses mengkoordinasikan sensasi-sensasi dengan acuan persepsi ruang dan waktu
dan logika transenden, dimana mengkoordnasi persepsi-persepsi yang sudah masuk
dalam konsep ruang dan waktu dengan memasukkannya dalam kategori pemikiran.
Pertanyaan :
1. Jika dalam komunikasi dewa dan hambanya, sebelumnya
tidak belajar filsafat, maka apakah akan terjalin komunikasi yang baik?
Misalnya siswa SD yang belum belajar filsafat apakah mampu dengan baik
mempelajari bahasa guru? Ataukah harus guru yang memahami dulu bahasa siswa?
2. Apa arti transenden? Kenapa apa-apa yang dilakukan
dewa selalu diikuti dengan kata transendens?
3. Apa yang dimaksud dengan jiwa yang bersifat inheren?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar