Selasa, 22 Januari 2013

Hermeneutics, Phenomenology dan Intuisi


REFLEKSI UAS FILSAFAT ILMU (PERTEMUAN KE 16)
(SELASA, 15 JANUARI 2013)
Endah Tri Mulyaningsih, S.Si /12708251067
PSN Kelas D 2012

Hermeneutics, Phenomenology dan Intuisi

Dalam pertemuan terakhir filsafat ilmu yaitu pertemuan UAS Dr. Marsigit mengulas kembali tentang Hermeneutics, Phenomenology dan Intuisi. Setelah menikuti kuliah dan mengerjakan takehome UAS filsafat, pemahaman saya tentang ketiga tersebut diatas semakin bertambah. Bukan bermaksud mengatakan paham atau jelas, karena hal semacam itu sama halnya dengan termakan mitos, hanya menguraikan bahwa pengetahuan saya tentang hal tersebut menjadi bertambah.
Hermeneutics merupakan aliran filsafat yang menggunakan teori interpretasi atau penafsiran. Secara sederhana penafsiran sama halnya dengan terjemah dan menterjemahkan. Lebih sederhana lagi terjemah dan menterjemahkan sama halnya dengan adanya interaksi. Dalam pembelajaran IPA ataupun pembelajaran pada umumnya tentu harus ada interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam lingkungan belajar. Adanya interaksi ini salah satunya dapat didukung dengan menggunakan metode inkuiri. Adanya interaksi akan memberikan pengalaman kepada siswa, bagaimana siswa melakukan menemukan permasalahan, mengadakan pengamatan, mengolah dan menyajikan data serta menarik kesimpulan.
Phenomenology adalah pendekatan filsafat yang dipergunakan untuk memahami berbagai gejala atau fenomena. Dalam pembelajaran IPA fenomenology merupakan pendekatan yang digunakan untuk mempelajari fenomena-fenomena alam yang terjadi. Penerapan phenomenology dalam pembelajaran IPA akan mengikutsertakan skeptisisme tanpa asumsi, metode reduksi dan abstraksi. Skeptisime adalah sikap meragukan tentang segala sesuatu sedangkan metode reduksi merupakan suatu metode berpikir yang membuang segala yang tidak perlu untuk fokus terhadap apa yang dipelajari dan abstraksi adalah metode berpikir untuk mencapai konsep yang universal dari suatu obyek.
Salah satu metode yang menerapkan phenomenology adalah metode inkuiri. Siswa dibimbing dan diberi motivasi sehingga rasa keingintahuannya muncul. Siswa mencari pengetahuan tentang fenomena yang terjadi tanpa asumsi dan fokus pada apa yang ingin diketahui. Metode abstraksi akan digunakan pada saat siswa menarik kesimpulan.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui pengalaman dan kebiasaan sehingga tidak memerlukan penalaran. Intuisi didapatkan dengan pengalaman, sehingga guru harus memberikan kesempatan peserta didik untuk memperoleh pengalaman. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan intuisi peserta didik adalah metode pembelajaran inkuiri. Metode tersebut dapat memberikan pengalaman bagi peserta didik dari interaksi antara obyek dan subyek belajar.
Kesimpulan yang dapat saya peroleh adalah ternyata bahwa  metode inkuiri dalam pembelajaran IPA mampu menerapkan hermeneutics, fenomenology dan mengembangkan intuisi peserta didik.

Pertanyaan :
1.      Apa yang dimaksud bahwa intuisi akan berkembang menjadi kategori dan regulasi?
2.      Apakah intuisi hanya dapat diperoleh dari pengalaman?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar