Senin, 26 November 2012

MENDEFINISIKAN PENDIDIKAN DALAM SATU KATA


REFLEKSI KULIAH FILSAFAT ILMU KE 11
(SELASA, 20 NOVEMBER 2012)
Endah Tri Mulyaningsih, S.Si /12708251067
PSN Kelas D 2012

MENDEFINISIKAN PENDIDIKAN DALAM SATU KATA

            Pendidikan dapat didefinisikan dalam satu kata. Definisi tersebut akan menjadi petunjuk termasuk golongan mana orang yang mendefinisikan. Dalam kuliah Dr. Marsigit minggu lalu, semua mahasiswa diminta mendefinisikan pendidikan dalam satu kata. Tercenganglah kami ketika diantara teman banyak yang mendefinisikan pendidikan sebagai ilmu, transfer dan investasi. Ternyata yang mendefinisikan pendidikan dengan kata tersebut termasuk kaum industrialis. Ada 5 golongan yang mendefinisikan pendidikan, yaitu kaum industrialis, konservatif, humanis, progresif dan education for all.
Kaum industrialis, konservatif dan humanis memandang pendidikan sebagai keuntungan yang dapat juga diartikan sebagai investasi. Jika pendidikan diartikan sebagai investasi maka pendidikan cenderung dirancang untuk mencapai tujuan dengan tidak memperhatikan proses dan peserta didik sebagai obyek pendidikan. Ketiga golongan ini jarang memperhatikan proses dalam pendidikan, pendidikan yang diajarkan hanya merupakan materinya saja, tanpa memperhatikan kegiatan. Hal tersebut dapat merebut intuisi peserta didik. Tidak terasahnya intuisi menyebabkan peserta didik kurang berkembang dan kurang kreatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Kaum progresif dan education for all, memandang pendidikan sebagai proses. Kegiatan pembelajaran sangat dihargai sebagai bentuk memberikan pengalaman terhadap peserta didik. Kegiatan tersebut dapat mengembangkan intuisi peserta didik. Intuisi diperoleh dari pengalaman yang tersimpan dalam memori otak.
Dalam pelaksanaan pendidikan terutama dalam evaluasi, kaum industrialis-konservatif-progresif akan merancang evaluasi setipe dengan ujian nasional. Peserta didik dievaluasi hanya dalam kemampuan kognitif dan tipe soal multiple choise. Namun, kaum progresif-education for all tidak akan melupakan evaluasi dari proses belajar. Sehingga evaluasi tidak hanya dalam bentuk tes, tetapi juga dalam bentuk nontes, portofolio misalnya.
Jika kita sebagai guru, sebaiknya kita jangan melupakan proses, karena proses mampu merebut intuisi peserta didik kita.

Pertanyaan :
1.      Apa yang akan kita lakukan sebagai guru jika kurikulum dirancang oleh kaum industrialis?
2.      Dalam elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 6 disebutkan bahwa “Pure Logic dipandang baru sebagai A Priori saja dan belum Sintetik, karena Pure Logic memang bersifat Analitik. Dengan demikian menurut Kant, Pure Logic belumlah merupakan Ilmu. Karena Pure Logic bukan sebagai Ilmu maka dia tidak memberikan informasi apapun kecuali tentang KONSISTENSI yang ada pada dirinya.”
Bagaimana ilmu murni yang lain? Bukankah dalam ilmu Murni (saya berasal dari ilmu Biologi murni) terdapat penelitian yang akan mengembangkan ilmu itu sendiri. Penelitian merupakan kajian dari fenomena yang dipikirkan dan diuji, bukankah hal tersebut sintetik a priori?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar